Di tengah riuh membadai
Aku . . . Aku sendirian
Telinga tak lagi terima lontaran-lontaran kata
Kata – kata tersenyap seiring angin
Terpaan suara tak kulayani
Tapi . . . Tiada juga suara milikku
Kata – kata hati yang kini mengepung dan menumpuk
Betapa ketatnya jahitan mulut ini
Aku tetap membungkam . . .
Enggan ‘tuk berucap
Kerumunan – kerumunan menderu ramai
Aku . . . Aku masih sendirian
Beribu – ribu tatapan menjaga
Pelototan – pelototan itu seakan tertuju searah
Tapi . . . tiada tatapan kenalanku
Kepala memberat memakai topi batu
Segan aku urus aliran pandang
Bayangan pun Aku tak berani menyergapnya
Aku hanya dapat pandang hilang arah
Gemuruh ramai belum bubarkan diri
Aku . . . Aku semakin kesepian
Kini Aku serasa terpojok
Pikiran hampa, hati pun menghambar
Aku hamper tertidur pulas bersama lamunan
Jatuh sudah Aku ke dalam gemerlapan sunyi
Serangan – serangan sunyi mendarat dan menghantamku
Tapi . . . Tiada luka, tiada derita, tiada juga ratapan
Aku telah membaja dengan ini
Cengkaman sunyi masih belum longgar
Aku . . . Aku tetap sendirian
Ingin Aku mengulurkan tangan damai bagi si sunyi
Tak berdaya kutahan ‘tuk berpaling muka lagi
Sunyi yang kian tak putus asa memburu
Mulut pun khianati raganya dan tak segan memekik
“Aku tak ingin sendirian”
boleh tahan lha puisi'a..
ReplyDeleteck ck ck...
jiplak or dpt wahyu dr mn?
hehehe
usul nich, gmn klo blog'a dipajangin
zodiak2 or humor yg bikin fresh...
g yg buat tuh... asli dari g... ga copy2
ReplyDeleteitw g buat 2 minggu gtu waktu ny
hahaha
ReplyDeletemank sih gda jiwa seni'a
maza buat puisi aja mpe 2 minggu
kid bro ^^